Berkah Maulid di Zaman Harun Arrasyid
Pada suatu masa, di zaman pemerintahan Amirul Mukminin Harun ar-Rasyid, hiduplah seorang pemuda di kota Basrah. Pemuda ini dikenal sebagai orang yang tenggelam dalam kemaksiatan. Ia sering melakukan perbuatan hina, dan karena itu, masyarakat memandangnya dengan jijik dan penuh cela.
Namun, ada satu hal yang sangat istimewa darinya. Setiap kali bulan Rabiul Awal tiba—bulan kelahiran Nabi Muhammad ﷺ—ia berubah. Ia mencuci pakaiannya, memakai wewangian terbaik, berdandan rapi, dan dengan penuh cinta mengadakan perayaan Maulid Nabi di rumahnya. Ia menghiasi tempat itu dengan keindahan dan ketulusan, seolah-olah hatinya hanya dipenuhi oleh cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Ia terus melakukan hal itu, tahun demi tahun, tanpa pernah absen. Meski masyarakat tetap memandangnya rendah, ia tidak peduli. Ia tetap memuliakan hari kelahiran Nabi dengan sepenuh hati.
Hingga suatu hari, pemuda itu wafat. Dan tiba-tiba, terdengar Hatif ( suara tanpa rupa ) yang menggema di seluruh kota Basrah:
"Wahai penduduk Basrah! Hadirilah jenazah wali dari wali-wali Allah. Ia sangat mulia di sisi-Ku."
Penduduk pun terkejut. Mereka berbondong-bondong menghadiri pemakamannya, penuh rasa heran dan takjub. Setelah ia dimakamkan, beberapa orang melihatnya dalam mimpi. Ia tampak bersinar, mengenakan pakaian dari sutra hijau dan kain istabrak yang indah.
Ketika ditanya, “Wahai pemuda, bagaimana engkau meraih kemuliaan ini?” Ia menjawab dengan senyum penuh cahaya:
“Karena aku memuliakan Maulid Nabi Muhammad ﷺ.”
kitab I‘anatut Thalibin, Syekh Sayyid Bakri Syatha ad-Dimyathi, jilid 3 halaman 365